Senin, 28 Mei 2012

Dana Nuklir Korut Bisa 8 Tahun Hidupi Rakyat



Demi nuklir, Korut habiskan Rp34 triliun. Tapi rakyatnya kelaparan, ungkap pejabat Korsel





Tentara Korea Utara berjaga di depan roket Unha-3 

Di tengah kelaparan yang melanda rakyat Korea Utara, rezim diktator di negara tersebut tetap mengembangkan teknologi nuklir yang berbiaya tinggi. Padahal, jika dana itu digunakan untuk kesejahteraan, akan lebih berguna.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal urusan Perdamaian Semenanjung Korea di Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Kim Soo-gwon, usai diskusi bertajuk "2012 Forum on Peace and Security on The Korean Peninsula: Challenges and Ways Forward" di Jakarta, Senin, 28 Mei 2012.

Dia mengatakan, selama 20 tahun pengembangan senjata nuklir, termasuk di dalamnya upaya riset pengayaan uranium dan hulu ledak, Korea Utara telah menghabiskan dana sekitar US$3,6 miliar atau setara Rp34 triliun.

"Dana sebanyak itu bisa digunakan untuk memberi makan rakyat selama delapan tahun," kata Kim.

Kelaparan menjadi momok bagi rakyat Korut medio 90an. Menurut satu dari sembilan wakil menteri luar negeri Korut, Choe Su-hon, di konferensi UNICEF di Beijing pada Mei 2001, antara tahun 1995-1998, sekitar 220.000 orang tewas akibat kelaparan di negara tersebut. Angka kematian balita juga meningkat dari 27 menjadi 48 anak per 1.000 orang.

Tapi data berbeda menunjukkan bahwa korban tewas akibat kelaparan antara tahun 1994-1998 antara 800.000 hingga 1,5 juta orang. Namun, penderitaan rakyat Korut tidak membuat negara tersebut menghentikan program nuklir mereka. Tercatat, dalam beberapa tahun terakhir Korut menguji coba rudal jarak jauh yang dapat membawa hulu ledak nuklir.
April lalu, Korut meluncurkan apa yang mereka sebut roket pembawa satelit, namun gagal mencapai orbit. Menurut Korsel dan sekutunya di Barat, roket itu adalah kedok uji coba rudal jarak jauh pembaca hulu ledak nuklir.

Pengamat politik internasional dari Indonesia, Dewi Fortuna Anwar menganggap sah-sah saja Korut mengembangkan teknologi nuklir mereka. Dengan tidak adanya sumber daya alam yang memadai, nuklir, ujar Dewi, akan menjadi alternatif bagi Korut untuk bersaing dengan negara lain.

Dewi juga mengungkapkan bahwa nuklir akan menjadi aset yang paling berharga jika program unifikasi kedua Korea berhasil terwujud.

"Bagi Pyongyang, membuat nuklir sangat rasional, karena tidak bisa berkompetisi di bidang lain. Teknologi ini digunakan Korut agar tidak diancam. Nuklir juga bisa dijadikan Korut sebagai ancaman dan memeras, untuk pertukaran dan bahan negosiasi demi mendapatkan bahan bakar dan makanan," kata Dewi. (ren)

(vivanews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar